Download presentation
Presentation is loading. Please wait.
Published byHerdy Veristian Modified over 5 years ago
1
PEMERIKSAAN PADA STRABISMUS Pembimbing : dr. Herny Poluan, Sp.M Pembimbing : dr. Herny Poluan, Sp.M Penyaji : dr. Herdy Veristian Penyaji : dr. Herdy Veristian TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2
PEMBAHASAN PENDAHULUAN DEFINISI, ANATOMI & FISIOLOGI KLASIFIKASI & ETIOLOGI PEMERIKSAAN PADA STRABISMUS PENUTUP PENDAHULUAN DEFINISI, ANATOMI & FISIOLOGI KLASIFIKASI & ETIOLOGI PEMERIKSAAN PADA STRABISMUS PENUTUP
3
PENDAHULUAN Strabismus – misalignment ocular Dampak : TUMBUH KEMBANG, INTERAKSI SOSIAL, KESEHATAN MENTAL Prevalensi strabismus bervariasi anatar kelompok etnis Studi di balitmore – Amerika Prevalensi manifestasi strabismus 3.3% pada Kaukasia & 2.1% pada anak- anak Afrika-Amerika pada umur 6 – 71 bulan Studi berbasis populasi Prevalensi strabismus pada masa anak-anak antara 0.01% - 3,1% Pemeriksaan pada strabismus KOMPREHENSIF dan TEPAT Strabismus – misalignment ocular Dampak : TUMBUH KEMBANG, INTERAKSI SOSIAL, KESEHATAN MENTAL Prevalensi strabismus bervariasi anatar kelompok etnis Studi di balitmore – Amerika Prevalensi manifestasi strabismus 3.3% pada Kaukasia & 2.1% pada anak- anak Afrika-Amerika pada umur 6 – 71 bulan Studi berbasis populasi Prevalensi strabismus pada masa anak-anak antara 0.01% - 3,1% Pemeriksaan pada strabismus KOMPREHENSIF dan TEPAT
4
STRABISMUS Definisi : kedudukan bola mata tidak sejajar “misalignment” Manifest disebut “ TROFIA ”, sebaliknya yang tersembunyi disebut “ FORIA ” Trofia dapat menyebabkan : DIPLOPIA dan GANGGUAN FUNGSI PENGLIHATAN Dapat ke arah : HORIZONTAL, VERTIKAL, TORSIONAL, atau gabungan Definisi : kedudukan bola mata tidak sejajar “misalignment” Manifest disebut “ TROFIA ”, sebaliknya yang tersembunyi disebut “ FORIA ” Trofia dapat menyebabkan : DIPLOPIA dan GANGGUAN FUNGSI PENGLIHATAN Dapat ke arah : HORIZONTAL, VERTIKAL, TORSIONAL, atau gabungan
5
ESOTROFIA EKSOTROFIA HIPERTROFIA HIPOTROFIA
7
strabismus misaligntment visual axis 1.Otot eksta okular 2.Posisi bola mata 3.Pergerakan bola mata Gangguan fusi penglihatan Gangguang fungsi visual – binocular single vision (BSV)
8
PENGLIHATAN BINOKULER Sumbu penglihatan / Visual axis Dari fovea ke titik fiksasi Sumbu anatomi / Anatomical axis Dari kutub posterior diteruskan di tengah kornea Sudut kappa / Angle kappa Sudut antar kedua sumbu Sumbu penglihatan / Visual axis Dari fovea ke titik fiksasi Sumbu anatomi / Anatomical axis Dari kutub posterior diteruskan di tengah kornea Sudut kappa / Angle kappa Sudut antar kedua sumbu
9
Sensitivitas dan fusi binokular belum muncul saat lahir. Aferen dari masing-masing mata terpisah pada Lateral Nukleus Genukulatum dan lapisan 4c pada ODC (Ocular Dominance Coloumns) di korteks striata. Koneksi binokuler horisontal yang berkembang pada ODC masing-masing sangat lemah pada saat lahir dan semakin kuat pada umur 3-6 bulan. Stereopsis muncul pada bulan ke 3-5. PERKEMBANGAN BINOKULER NORMAL
10
Binocular single vision yang normal melibatkan penggunaan simultan dari kedua mata dengan fiksasi bifoveal, sehingga masing-masing mata memberikan kontribusi pada satu persepsi umum dari objek yang diperlihatkan. Ini merupakanbentuk kerjasama binokuler tertinggi. BINOCULAR SINGLE VISION
11
BINOOCULAR SINGLE VISION 1. Persepsi simultan, 2. Fusi, 3. Stereopsis. Komponen normal BSV : 1.Overlapping VF 2.Normal visual pathway 3.NRC normal retinocortical correspondence 4.Intact motor system 5.Equal image size and clarity of both eyes ORTHOPHORIA Sejajar tanpa stimulus fusi HETEROPHORIA Terjadi deviasi pada bola mata ketika fusi diblok HETEROTROPIA misalignment Kedua sumbu visual tidak bertemu pada titik fiksasi
12
PENDAHULUAN Tropia dapat menyebabkan diplopia jika didapat setelah umur 7- 9 tahun, dapat menekan perkembangan fungsi penglihatan pada mata yang deviasi jika didapat dibawah umur 6-7 tahun
14
SYARAT PENGLIHATAN BINOKULER SYARAT PENGLIHATAN BINOKULER YG NORMAL: 1. FAAL MASING-MASING HRS BAIK BENDA YG MENJADI PERHATIAN DIFIXIR PD KEDUA FOVEA & SEBANDING DLM KETAJAMAN MAUPUN UKURANNYA. 2. POSISI KEDUA MATA SEDEMIKIAN RUPA SHG PD SETIAP ARAH PENGLIHATAN BAYANGAN BENDA SELALU JATUH TEPAT PD KEDUA FOVEA KERJASAMA YG BAIK SELURUH OTOT EKSTRAOKULER. 3. ADA KEMAMPUAN SSP UNTUK MENSINTESA KEDUA BAY DR KEDUA MATA MENJADI SUATU SENSASI BERUPA BAYANGAN TUNGGAL FUSI
15
Bayangan / Gambar yang tidak seimbang menyebabkan : CONFUSION, DIPLOPIA. Atau SUPRESI ARC pada anak-anak. ADAPTASI SENSORIK KEPALA miring, WAJAH berpaling, DAGU naik atau turun. ADAPTASI MOTORIK
16
EVOLUSI GERAKAN BINOKULER SAAT LAHIR, gerakan mata ireguler & tak terkoordinasi UMUR 5-6 MINGGU mulai berkembang refleks fiksasi bayi bisa mengikuti sinar yg bergerak lambat 3 BULAN bayi dpt mengikuti benda bergerak di sekelilingnya Bila penyimpangan mata masih ada setelah usia 6 BULAN strabismus SAAT LAHIR, gerakan mata ireguler & tak terkoordinasi UMUR 5-6 MINGGU mulai berkembang refleks fiksasi bayi bisa mengikuti sinar yg bergerak lambat 3 BULAN bayi dpt mengikuti benda bergerak di sekelilingnya Bila penyimpangan mata masih ada setelah usia 6 BULAN strabismus
17
OTOT EKSTRAOKULER OTOT EKSTRA OKULER YG MENGONTROL PER-GERAKAN MASING-MASING MATA ADA 7 BH : 1 LEVATOR PALPEBRA 4 OTOT REKTUS : 1.M.R. SUPERIOR3. M.R. MEDIALIS 2.M.R. INFERIOR4. M.R. LATERALIS 2 OTOT OBLIQUUS : 1.M.O. SUPERIOR 2.M.O. INFERIOR
18
OTOT EKSTRAOKULER AKSI & INERVASI OTOTINERVASIPRIMERSEKUNDERTERSIER Rektus medial MR N. III Aduksi-- Rektus lateral LR N. VI Abduksi-- Rektus inferior IR N. III DepresiEkstorsiAduksi Rektus superior SR N. III ElevasiIntorsiAduksi Oblik inferior IO N. III EkstorsiElevasiAbduksi Oblik superior SO N. IV intorsiDepresiAbduksi
20
SPIRAL OF TILLAUX Insersi dari otot rektus dalam lingkaran imaginer sekitar limbus Rektus medialis paling dekat dan rektus superior paling jauh
21
SPIRAL OF TILLAUX 1. Landmark penting dalam operasi strabismus 2.Ketebalan sklera paling tipis pada insersi rektus (0.03 mm) dan merupakan area paling umum terjadi perforasi pada trauma tumpul pada bola mata 1. Landmark penting dalam operasi strabismus 2.Ketebalan sklera paling tipis pada insersi rektus (0.03 mm) dan merupakan area paling umum terjadi perforasi pada trauma tumpul pada bola mata
22
PERGERAKAN DUA MATA / BINOKULER HUKUM HERING : PADA SETIAP ARAH GERAKAN MATA SECARA SADAR, TERDAPAT RANGSANGAN YANG SIMULTAN PADA SETIAP OTOT LUAR KEDUA BOLA MATA YG SEIMBANG GERAKAN LANCAR & TEPAT YOKE MUSCLES : PADA SETIAP GERAKAN MATA YG TERKOORDINASI, OTOT DR SATU MATA AKAN BERPASANGAN DGN OTOT PD MATA YG LAIN HUKUM HERING : PADA SETIAP ARAH GERAKAN MATA SECARA SADAR, TERDAPAT RANGSANGAN YANG SIMULTAN PADA SETIAP OTOT LUAR KEDUA BOLA MATA YG SEIMBANG GERAKAN LANCAR & TEPAT YOKE MUSCLES : PADA SETIAP GERAKAN MATA YG TERKOORDINASI, OTOT DR SATU MATA AKAN BERPASANGAN DGN OTOT PD MATA YG LAIN
23
KLASIFIKASI STRABISMUS PESUDO- STRABISMUS LATEN STRABISMUS/ HETEROFORIA MANIFEST STRABISMUS/ HETEROTROFIA COMITANTHORIZONTAL1. ESOTROPIA2. EXOTROPIAVERTICAL1. HYPERTROPIA2. HYPOTOPIATORSIONAL 1. INCYCLOTROPIA 2. EXCYCLOTROPIA INCOMITANTUNDERREACTIONRESTRICTIVEPARALYTICNEUROGENIC 1. SUPRANUCLEAR 2. INFRANUCLEAR 3. NUCLEARMYOGENICOVERREACTION
24
ETIOLOGI STRABISMUS Faktor keturunan Genetic pattern belum diketahui dg pasti Kelainan anatomi Kel. Otot ekstra okuler & tendonnya Over development Under development Kel. Letak insersio otot Kel. Hubungan fascia otot-otot ekstraokuler penyimpangan posisi bola mata Kel. Tulang-tulang orbita Kelainan sensorik Suatu defek yang mencegah pembentukan bayangan di retina Kekeruhan media, katarak kongenital, sikatriks kornea Lesi di retina : toxoplasmosis, retinoblastoma, retinopati Ptosis berat Anomali refraksi yang tidak dikoreksi Gangguan inervasi Gangguan proses transisi & persepsi fusi tidak terjadi
25
TUJUAN PEMERIKSAAN 1.Untuk menentukan adanya ambliopia 2.Untuk menegakkan diagnosis strabismus 3.Untuk menilai status binokuler 4.Untuk mengukur dan mengenali jenis deviasi 5.Mengeliminasi penyebab dasar lain terjadinya deviasi
26
PEMERIKSAAN Anamnesis/riwayat Inspeksi Posisi kepala Pergerakan mata Tajam Penglihatan Refraksi Pemeriksaan segmen anterior & posterior PEMERIKSAAN AWAL Posisi kepala Otot ekstra okuler Pergerakan mata Menentukan jenis & besar deviasi STATUS MOTORIK Wotrh’s four dot test Bagolini’s straited glasses After image test STATUS SENSORIK
27
EVALUASI PASIEN STRABISMUS Anamnesis & inspeksi -Kedudukan bola mata -Fiksasi -Postur kepala Pemeriksaan segmen anterior dan posterior Menentukan adanya dan besar deviasi Pemeriksaan visus / pemeriksaan ambliopia -Pemeriksaan visus sesuai umur Pemeriksaan sensorik -Stereoacuity ( lange, frisby ) -Fusi / suppressor test ( worth‘s 4 dot ) Duksi dan versi -9 posisi arah tatapan -Disfungsi otot oblique Anamnesis & inspeksi -Kedudukan bola mata -Fiksasi -Postur kepala Pemeriksaan segmen anterior dan posterior Menentukan adanya dan besar deviasi Pemeriksaan visus / pemeriksaan ambliopia -Pemeriksaan visus sesuai umur Pemeriksaan sensorik -Stereoacuity ( lange, frisby ) -Fusi / suppressor test ( worth‘s 4 dot ) Duksi dan versi -9 posisi arah tatapan -Disfungsi otot oblique
28
Anamnesis/ RiwayatUmur saat onset Dokumentasi? Arah deviasi Eso/ ekso Mata sebelah mana Mata yang sama / berpindah mata Penglihatan gandaRiwayat TraumaTipe onset Tiba2? Berjenjang ? Faktor pencetus? Tipe deviasi Menetap / hilang timbul FotofobiaAsthenopiaRiwayat keluarga Strabismus? Ambliopia? Operasi otot? Masalah anestesi? Riwayat kesehatan BB lahir? /Tumbuh kembang? / kegiatan sekolah? / ganguan saraf? Keluhan lain-lain
29
ANAMNESIS / RIWAYAT RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG Umur saat onset Durasi kelainan mata RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG Umur saat onset Durasi kelainan mata KELUHAN UTAMA GEJALA Asthenopia Uniokular Binokular ONSET Recent onset squint manifested with Diplopia Past pointing Vertigo Prostration KELUHAN UTAMA GEJALA Asthenopia Uniokular Binokular ONSET Recent onset squint manifested with Diplopia Past pointing Vertigo Prostration
30
ANAMNESIS (1) Riwayat persalinan Riwayat strabismus pada keluarga Umur saat onset Trauma 1.Apakah onset bertepatan dengan adanya trauma atau penyakit lain? 2.Apakah deviasi bola mata menetap atau hilang timbul? 3.Apakah disertai gangguan penglihatan jauh dan atau dekat? 4.Apakah hanya mengenai satu bola mata atau bergantian dengan mata sebelahnya ? 5.Apakah deviasi hanya muncul pada saat istirahat / tidak menatap subjek tertentu atau saat lelah? 6.Apakah anak menutup salah satu bola matanya? 7.Apakah deviasi bola mata berhubungan dengan penglihatan ganda atau bola mata yang tegang?
31
ANAMNESIS (2) Karakteristik Konstan / hilang timbul Unilateral/ bergantian Comitant / incomitant Kompensasi postur kepala Faktor pencetus Keluhan lain Sakit kepala Mual / muntah
32
INSPEKSIFisura palpebra Ptosis Mongolid/ AntimongoloidExo/ EnophthalmusLagophthalmus Menutup mata saat cahaya terang Lipatan epicanthalPosisi KepalaWajah asimetrisKemampuan fiksasiBergantianUnilateralDeviasiKonstanBervariasiNistagmus
34
TAJAM PENGLIHATAN Age ( Years )Vision TestNormal 0 – 2Visual evoked potential ( VEP )20/0 0 – 2Preferential looking20/30 0 – 2Fixation behaviorCSM 2 – 5Allen pictures20/40 – 20/20 2 – 5HOTV20/40 – 20/20 2 – 5E – game20/40 – 20/20 5+Snellen20/30 – 20/20 Table. Normal Visual Acuity Using Various Test in Children
35
Visual evoked potential ( VEP )
36
FIXATION PREFERENTIAL TEST CSM method Terdapat 2 tipe fiksasi : 1.Centric 2.Eccentric Komponen Fiksasi : C = Lokasi reflek cahaya kornea S = kemapanan fiksasi lampu pemeriksa M = kemampuan mempertahankan kelurusan arah tatapan Terdapat 2 tipe fiksasi : 1.Centric 2.Eccentric Komponen Fiksasi : C = Lokasi reflek cahaya kornea S = kemapanan fiksasi lampu pemeriksa M = kemampuan mempertahankan kelurusan arah tatapan
38
PERUBAHAN REFRAKSI Bayi baru lahir > hipermetropia Setelah 2 tahun peningkatan hipermetropia dan penurunan astigmatisma Hipermetropia meningkat sampai umur 6 tahun Menurun bertahap sejak umur 6-8 tahun Perubahan refraksi sesuai dengan umur Pemeriksaan rutin minimal tiap tahun, lebih rutin untuk kasus penurunan visus atau pada anak umur lebih muda Bayi baru lahir > hipermetropia Setelah 2 tahun peningkatan hipermetropia dan penurunan astigmatisma Hipermetropia meningkat sampai umur 6 tahun Menurun bertahap sejak umur 6-8 tahun Perubahan refraksi sesuai dengan umur Pemeriksaan rutin minimal tiap tahun, lebih rutin untuk kasus penurunan visus atau pada anak umur lebih muda
39
MENENTUKAN GANGGUAN REFRAKSI Gangguan refraksi mungkin penyebab deviasi Strabismus - sekunder dari gangguan refraksi Hipermetropia penyebab paling sering Anak-anak : evaluasi dengan sikloplegik Paralisis otot siliar – efek akomodasi hilang – hasil akurat Dilated funduscopy : eksklusi skar makula, hipoplasia optik disk atau retinoblastoma
40
CYCLOPENTOLATE Konsentrasi 0.5% ( 6 bulan) Pemberian 1 tetes tiap 5 menit, cycloplegia maksimal dalam 30 menit Fungsi akomodasi kembali dalam 2-3 jam, midiriasis dalam 24 jam Cycloplegia adekwat : sedikit / tidak ditemukan perbedaan saat pasien membaca jarak jauh dan dekat. Konsentrasi 0.5% ( 6 bulan) Pemberian 1 tetes tiap 5 menit, cycloplegia maksimal dalam 30 menit Fungsi akomodasi kembali dalam 2-3 jam, midiriasis dalam 24 jam Cycloplegia adekwat : sedikit / tidak ditemukan perbedaan saat pasien membaca jarak jauh dan dekat.
41
ATROPINE Digunakan untuk anak hipermetropia tinggi Pigmented irides & tidak adekuat dgn cyclopentolate Konsentrasi 0.5% (>12 bulan); 1% (>12 bulan) Sikloplegik maksimal dalam 3 jam Fungsi akomodasi kembali dalam 3 – 10 hari Atropin diberikan pada orang tua 3 hari sebelum retinoskopi Edukasi efek samping : flushing, demam Digunakan untuk anak hipermetropia tinggi Pigmented irides & tidak adekuat dgn cyclopentolate Konsentrasi 0.5% (>12 bulan); 1% (>12 bulan) Sikloplegik maksimal dalam 3 jam Fungsi akomodasi kembali dalam 3 – 10 hari Atropin diberikan pada orang tua 3 hari sebelum retinoskopi Edukasi efek samping : flushing, demam
42
EVALUASI STATUS MOTORIK
43
Point yang harus diingat untuk pemeriksaan otot ektra okuler : Posisi pemeriksa dan pasien duduk berhadapan di level ke TINGGI an yang SAMA Pencahayaan ruangan cukup Menggunakan PENLIGHT jarak 40 CM dari pasien Wajib diperiksa 9 POSISI DIAGNOSTIK
44
PERGERAKAN BOLA MATA
45
DUKSI
46
VERSI
47
POSISI KEPALA A.DEVIASI HORISONTAL WAJAH ke Kanan / Kiri B.DEVIASI TORSIONAL KEPALA miring ke bahu Kiri / Kanan C.DEVIASI VERTIKAL DAGU mengarah ke Atas / Bawah
48
OBJEKTIF Hirschberg corneal reflex test Krimsky’s test Bruckner test Cover uncover test Alternate cover test Prism bar cover test Synoptophore SUBJEKTIF Maddox rod test Double maddox rod Hess screen Red green glass test Diplopia field MENENTUKAN BESAR DEVIASI
49
CORNEAL LIGHT REFLEX MENILAI OCULAR ALIGNMENT PASIEN KURANG KOOPERATIF & KEMAMPUAN FIKSASI BURUK METODE : 1.HIRSCHBERG 2.KRIMSKY 3.BRUCKNER 4.AMBLIOSKOP MAYOR
50
CORNEAL REFLECTION TEST HIRSCHBERG Estimasi / mengukur deviasi berdasarkan lokasi reflek cahaya pada kornea 1 mm = 7° atau 15 Δ (PD) Penderita melihat lurus ke depan Nyalakan sebuah senter pd jarak 1/3 m=33 cm di depan setingggi kedua mata penderita Ukur perbedaan reflek cahaya dr senter pd permukaan kornea Estimasi / mengukur deviasi berdasarkan lokasi reflek cahaya pada kornea 1 mm = 7° atau 15 Δ (PD) Penderita melihat lurus ke depan Nyalakan sebuah senter pd jarak 1/3 m=33 cm di depan setingggi kedua mata penderita Ukur perbedaan reflek cahaya dr senter pd permukaan kornea
51
1 mm = 7° atau 15 Δ (PD) Refleks cahaya di margin pupil = 15° Refleks cahaya di Limbus = 45°
53
CORNEAL REFLECTION TEST KRIMSKY’S Prisma diletakkan di depan mata yang terfiksasi Tingkatkan kekuatan prisma Hasil akhir didapatkan reflek cahaya pada kornea yang simetris
55
CORNEAL REFLECTION TEST BRUCKNER Menggunakan Direk Oftalmoskop – menilai red reflex pada kedua mata
57
COVER TEST Fiksasi kedua mata Tutup mata yang terfiksasi dengan okluder Observasi pergerakan / deviasi mata sebelah Terjadi pergerakan memastikan adanya HETEROTROFIA / Lanten
59
COVER - UNCOVER TEST Salah satu mata ditutup dengan okluder 2-3 detik Lepaskan okluder Pada HETEROFORIA mata yang tertutup okluder akan terjadi deviasi Pemeriksa mengamati pergerakan / deviasi saat okluder dilepaskan
61
ALTERNATE COVER TEST Mata kanan ditutup dengan okluder selama beberapa detik Pindahkan okluder ke mata kiri dalam interval waktu 2 detik Ulangi beberapa kali pada kedua mata Pemeriksa menilai pergerakan ke posisi primer pasien Pada HETEROFORIA terkompensasi mata akan tetap LURUS / Manifest akan muncul pada kasus tidak ada kemampuan kompensasi
63
PRISM BAR COVER TEST Prisma diletakkan di depan mata yang deviasi Lakukan teknik cover & alternate cover test Terus tingkatkan ukuran Prisma hingga tidak ada lagi pergerakan / deviasi
65
MADDOX ROD TEST ORTHOFORIA : Streak bersilangan dengan cahaya putih Jika streak jatuh di kiri cahaya ESOFORIA & jika di kanan cahaya EKSOFORIA ORTHOFORIA : Streak bersilangan dengan cahaya putih Jika streak jatuh di kiri cahaya ESOFORIA & jika di kanan cahaya EKSOFORIA
66
DOUBLE MADDOX ROD TEST Rod merah diletakan di mata suspek & putih di mata sebelah Letakkan prisma 6 D di belakang rod putih Posisi rod tetap 90° pada trial frame
67
Hasil 2 garis paralel ORTHOFORIA Jika tidak paralel, garis merah tidak sejajar SIKLODEVIASI Sudut dapat diukur dengan memutar rod
68
EVALUASI STATUS MOTORIK SPECIAL TEST
69
3 STEP TEST Digunakan untuk identifikasi paralisis otot siklovertikal Mengukur vertical aligntment : 1.Posisi Primer 2.Menatap kanan dan kiri 3.Head tilt – menatap kanan dan kiri Digunakan untuk identifikasi paralisis otot siklovertikal Mengukur vertical aligntment : 1.Posisi Primer 2.Menatap kanan dan kiri 3.Head tilt – menatap kanan dan kiri
70
Contoh pada HYPERTROFIA mata KANAN 1. Putaran otot yang menarik mata kanan ke bawah atau mata kiri ke atas
71
2. Menentukan deviasi vertikal lebih besar pada saat menatap ke kanan atau ke kiri
72
3. Beilschowsky head tilt test Kepala miring ke kanan, mata kanan intorsi, mata kiri ekstorsi.
73
FORCED DUCTION TEST Mata yang sudah di anestesiTelah terpasang spekulumPasien melihat ke arah otot yang akan di test Dengan forceps menjepit di limbus pada sisi yang berlawanan Mata berputar ke arah otot yang sedang bekerja
74
Hasil Jika bergerak tanpa tahanan hasil NEGATIF Jika terdapat tahanan hasil POSITIF
75
EVALUASI STATUS SENSORIK SUPRESSION WORTH 4 DOT TEST 4D / 20D BASE OUT TEST BAGOLINIS FILTER TESTMADDOX ROD TESTAFTER IMAGE TEST STEREOPSIS TITMUS FLY TESTRANDOM DOT TESTLANG TESTLANG 2 TESTSYNAPTOPHORE
76
EVALUASI STATUS SENSORIK SUPPRESSION TEST
77
WORTH 4 DOT TEST
80
BAGOLINI STRIATED GLASS TEST
81
4 D PRISM TEST FIKSASI BIFOVEAL : Base – out prism diletakkan di depan mata kanan Untuk fiksasi kedua mata akan bergerak ke kiri Kemudian mata kiri bergerak ke kanan untuk mendapatkan fusi gambar FIKSASI BIFOVEAL : Base – out prism diletakkan di depan mata kanan Untuk fiksasi kedua mata akan bergerak ke kiri Kemudian mata kiri bergerak ke kanan untuk mendapatkan fusi gambar
82
AFTER – IMAGE TEST ( HERING- BIELSCHAWOSKY Menggunakan sinar linear Dengan sinar flash pasien diminta untuk melihat target dengan satu mata Mata kanan diberikan sinar flash vertikal dan mata kiri horisontal Pasien akan menlihat gambaran tanda +
83
1.1. 2.2. 3.3. 1.Konsisten dengan NRC ( Normal retinal correspondance ) 2.Gambaran tidak bersilangan, DIPLOPIA 3. SUPRESI mata kiri
84
EVALUASI STATUS SENSORIK STEREOPSIS TEST
85
STEREOPSIS TEST TNO TEST
86
STEREOPSIS TEST LANG & FRISBY
87
STEREOPSIS TEST TITMUS FLY TEST
88
SYNOPTOPHORE ( AMBLIOSKOP MAYOR) Alat yang digunakan untuk pemeriksaan fungsi binokuler pada strabismus dan tes untuk menilai FUSI, dan STEREOPSIS
89
COVER – UNCOVER TEST DETEKSI STRABISMUS BERMANIFESTASI HETEROFORIA ATAU HETEROTROFIA KOORDINASI ANTARA : ( PENGLIHATAN BINOKULAR ) PERGERAKAN MATA, PEMBENTUKAN & PERSEPSI GAMBAR, FIKSASI FOVEA, PERHATIAN DAN KERJASAMA HASIL VALID : MAMPU FIKSASI KONSTAN PADA TARGET AKOMODATIF TIPE : 1.COVER – UNCOVER TEST 2.ALTERNATING COVER TEST 3.SIMULTANEOUS PRISM AND COVER TEST DETEKSI STRABISMUS BERMANIFESTASI HETEROFORIA ATAU HETEROTROFIA KOORDINASI ANTARA : ( PENGLIHATAN BINOKULAR ) PERGERAKAN MATA, PEMBENTUKAN & PERSEPSI GAMBAR, FIKSASI FOVEA, PERHATIAN DAN KERJASAMA HASIL VALID : MAMPU FIKSASI KONSTAN PADA TARGET AKOMODATIF TIPE : 1.COVER – UNCOVER TEST 2.ALTERNATING COVER TEST 3.SIMULTANEOUS PRISM AND COVER TEST
90
1. Tutup Mata (cover test) Tujuan : Untuk memeriksa adanya heterotropia (juling) pd satu mata Dasar : Mata yang heterotropia akan terus menerus berusaha untuk fiksasi dgn matanya yang mata dominan Alat : Kartu Snellen Penutup mata Tujuan : Untuk memeriksa adanya heterotropia (juling) pd satu mata Dasar : Mata yang heterotropia akan terus menerus berusaha untuk fiksasi dgn matanya yang mata dominan Alat : Kartu Snellen Penutup mata
91
Teknik : Bila pasien pakai kaca mata, maka kaca mata dipasang. Pasien duduk 6 meter dari kartu uji coba atau optopip atau 30 cm kertas kaca dgn addisi S + 3.00 Pasien melihat pd satu titik atau pd baris 20/40 kartu snellen. Pemeriksa menutup salah satu mata Dilihat sifat gerakan yg mungkin terjadi pd mata yg tdk ditutup, untuk melakukan fiksasi. Teknik : Bila pasien pakai kaca mata, maka kaca mata dipasang. Pasien duduk 6 meter dari kartu uji coba atau optopip atau 30 cm kertas kaca dgn addisi S + 3.00 Pasien melihat pd satu titik atau pd baris 20/40 kartu snellen. Pemeriksa menutup salah satu mata Dilihat sifat gerakan yg mungkin terjadi pd mata yg tdk ditutup, untuk melakukan fiksasi.
92
Nilai Mata yang terbuka mungkin : Bergerak keluar berarti mata ini sebelumnya esotropia (strabismus konvergen) Bergerak ke dalam berarti mata ini sebelumnya eksotropia (strabismus divergen) Bila mata yang berfiksasi yang terbuka maka tidak akan terjadi pergerakan Nilai Mata yang terbuka mungkin : Bergerak keluar berarti mata ini sebelumnya esotropia (strabismus konvergen) Bergerak ke dalam berarti mata ini sebelumnya eksotropia (strabismus divergen) Bila mata yang berfiksasi yang terbuka maka tidak akan terjadi pergerakan
93
Catatan: Uji tutup mata merupakan pemeriksaan yg sangat penting dan perlu dilakukan dgn cara yang benar. Uji ini adalah untuk menemukan adanya heteroforia atau heterotropia. Yang juga untuk menentukan beratnya kelainan Catatan: Uji tutup mata merupakan pemeriksaan yg sangat penting dan perlu dilakukan dgn cara yang benar. Uji ini adalah untuk menemukan adanya heteroforia atau heterotropia. Yang juga untuk menentukan beratnya kelainan
94
2. Uji Tutup Buka (Cover Uncover Test) Tujuan : untuk mengetahui adanya fusi dan foria Dasar : heteroforia merupakan deviasi laten. Bila pada heteroforia fusi kedua mata diganggu deviasi laten akan terlihat Alat : Kartu Snellen Okluder Tujuan : untuk mengetahui adanya fusi dan foria Dasar : heteroforia merupakan deviasi laten. Bila pada heteroforia fusi kedua mata diganggu deviasi laten akan terlihat Alat : Kartu Snellen Okluder
95
Teknik : Bila pasien memakai kaca mata maka kaca mata tersebut dipasang Fiksasi pasien Diperiksa dalam kedudukan mata posisi primer Benda yang dilihat 1 garis lebih besar daripada tajam penglihatan terburuk Dapat dipergunakan nonakomodatif target (sinar) Mata ditutup bergantian dgn okluder dari mata kanan ke kiri dan sebaliknya Dilihat kedudukan mata di bawah okluder atau saat okluder dipindah pd mata yang lain Teknik : Bila pasien memakai kaca mata maka kaca mata tersebut dipasang Fiksasi pasien Diperiksa dalam kedudukan mata posisi primer Benda yang dilihat 1 garis lebih besar daripada tajam penglihatan terburuk Dapat dipergunakan nonakomodatif target (sinar) Mata ditutup bergantian dgn okluder dari mata kanan ke kiri dan sebaliknya Dilihat kedudukan mata di bawah okluder atau saat okluder dipindah pd mata yang lain
96
Nilai : Bila mata dibelakang okluder bergerak keluar, ke dalam, ke atas, atau ke bawah menunjukkan adanya heteroforia. Bila mata segera sesudah okluder dibuka mencoba berfiksasi sehingga terlihat pergerakan keluar, ke dalam, ke atas, atau ke bawah, hal ini berarti ada foria Derajat foria dapat diukur dgn meletakkan prisma sehingga tidak terjadi pergerakan mata pada saat mata dibuka Catatan : pemeriksaan dilakukan untuk jarak 30 cm dan 6 meter Nilai : Bila mata dibelakang okluder bergerak keluar, ke dalam, ke atas, atau ke bawah menunjukkan adanya heteroforia. Bila mata segera sesudah okluder dibuka mencoba berfiksasi sehingga terlihat pergerakan keluar, ke dalam, ke atas, atau ke bawah, hal ini berarti ada foria Derajat foria dapat diukur dgn meletakkan prisma sehingga tidak terjadi pergerakan mata pada saat mata dibuka Catatan : pemeriksaan dilakukan untuk jarak 30 cm dan 6 meter
97
COVER TEST : HETEROTROPIA PENDERITA MELIHAT LAMPU JARAK 6 METER TUTUP SATU MATA PERHATIKAN PERGERAKAN MATA YG LAIN ULANGI PX, PD MATA YG LAIN PENDERITA MELIHAT LAMPU JARAK 6 METER TUTUP SATU MATA PERHATIKAN PERGERAKAN MATA YG LAIN ULANGI PX, PD MATA YG LAIN
98
PRINSIP PENGOBATAN STRABISMUS Terjadinya strabismus akibat tidak terpenuhi syarat penglihatan binokuler yg normal tujuan pengobatan mendapatkan penglihatan binokuler yang baik
Similar presentations
© 2025 SlidePlayer.com Inc.
All rights reserved.