Presentation is loading. Please wait.

Presentation is loading. Please wait.

Audit Persediaan Kelompok 4 Tonny Risman Wijaya Aritonang Radian Syahputra Hasibuan Nadillah Lusiana Fransiska Simatupang.

Similar presentations


Presentation on theme: "Audit Persediaan Kelompok 4 Tonny Risman Wijaya Aritonang Radian Syahputra Hasibuan Nadillah Lusiana Fransiska Simatupang."— Presentation transcript:

1 Audit Persediaan Kelompok 4 Tonny Risman Wijaya Aritonang Radian Syahputra Hasibuan Nadillah Lusiana Fransiska Simatupang

2 Agenda Style Oleh : Lusiana Pengertian Persediaan 01 Oleh : Lusiana Audit Persediaan 02 Oleh : Nadillah Standar Pekerjaan Lapangan Dalam Mengaudit Persediaan 03 Oleh : Tonny Prosedur Pemeriksaan (Yang Disarankan) Atas Persediaan 05 Oleh : Radian Tujuan Pemeriksaan (Audit Objective) Persediaan 04

3 01. Pengertian Persediaan

4 Pengertian Persediaan Sifat-Sifat Persediaan Biasanya merupakan asset lancar (current assets) karena masa perputarannya biasanya kurang atau sama dengan satu tahun. Merupakan jumlah yang besar, terutama dalam perusahan dagang dan industry. Mempunyai pengaruh yang besar terhadap neraca dan perhitungan laba – rugi Menurut Standart Akuntansi Keuangan (PSAK no.14,hal 14.1 s/d 14.2 dan 14.9 – IAI,2002). Persediaan adalah asset : Yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal. Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan atau Dalam betuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses atau pemberian jasa

5 Contoh dari perkiraan-perkiraan yang biasa digolongkan sebagai persediaan adalah 01 02 03 Bahan baku (raw materials) Barang dalam proses (work in process) Barang jadi (finished goods) Suku cadang (spare-parts) Bahan pembantu, oli, bensin, sadar. Barang dalam perjalanan Barang konsinyasi cogsiment out (barang perusahaan yang dititip jual pada perusahaan lain).

6 02. Audit Persediaan

7 Content Here Pada umunya persediaan merupakan jenis perkiraan yang besar di dalam neraca, dan sering merupakan unsur terbesar dari keseluruhan modal kerja (working capital account) Content Here Keanekaragaman jenis persediaan menyebabkan berbagai kesulitan bagi auditor Content Here Adanya beberapa metode penilaian persediaan yang dapat digunakan Content Here Persediaan berada pada lokasi yang berbeda, yang menyulitkan pengendalian secara fisik serta penghitungannya Content Here Penilaian atas persediaan juga selalu menyulitkan Audit atas persedian sering kali merupakan bagian audit yang rumit dan memakan banyak waktu, karena:

8 03. Standar Pekerjaan Lapangan dalam Mengaudit Persediaan

9 Standar Pekerjaan Lapangan dalam Mengaudit Persediaan Perencanaan dan Supervisi (SA Seksi 311) Menurut SA Seksi 311, pekerjaan harus direncanakan sebaik- baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya. Perencanaan audit meliputi pengembangan strategi menyeluruh pelaksanaan dan lingkup audit yang diharapkan. Supervisi mencakup pengarahan usaha asisten dalam mencapai tujuan audit dan penentuan apakah tujuan tersebut tercapai. Unsur supervisi adalah memberikan instruksi kepada asisten, tetap menjaga penyampaian informasi masalah-masalah penting yang dijumpai dalam audit, mereview pekerjaan yang dilaksanakan, dan menyelesaikan perbedaan pendapat di antara staff audit kantor akuntan.

10 Pertimbangan atas Pengendalian Intern dalam Audit Laporan Keuangan Pengendalian intern adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, dan personal lain entitas yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini : Keandalan pelaporan keuangan. Efektivitas dan efisiensi operasi. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku PRESENTATION

11 Bukti Audit (SA Seksi 326) Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan. Untuk dapat dikatakan kompeten, bukti audit, terlepas bentuknya, harus sah dan relevan. Keabsahan sangat tergantung atas keadaan yang berkaitan dengan pemerolehan bukti tersebut.

12 Jika kuantitas sediaan hanya ditentukan melalui perhitungan fisik, dan semua penghitungan dilakukan pada tanggal neraca atau pada suatu tanggal dalam periode yang tepat, baik sebelum maupun sesudah tanggal neraca, maka perlu bagi auditor untuk hadir pada saat penghitungan fisik sediaan dan melalui pengamatan, pengujian dan permintaan keterangan memadai, untuk meyakinkan dirinya tentang efektivitas metode penghitungan fisik sediaan dan mengukur keandalan yang dapat diletakkan atas representasi klien tentang kuantitas dan kondisi fisik sediaan. Jika sediaan berada di tangan gudang umum atau disimpan di tangan pihak lain, auditor biasanya akan memperoleh konfirmasi langsung secara tertulis dari pengelola tempat penyimpanan tersebut. Sediaan (SA Seksi 331)

13 Risiko Audit dan Materialitas dalam Pelaksanaan Audit (SA Seksi 312) Risiko Bawaan Risiko Pengendalian Risiko Deteksi Pada tingkat saldo akun atau golongan transaksi, risiko audit terdiri dari : Risiko bawaan adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi terhadap suatu salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat pengendalian yang terkait. Risiko pengendalian adalah risiko bahwa suatu salah saji material yang dapat terjadi dalam suatu asersi tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh pengendalian intern entitas. Risiko deteksi adalah risiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi salah saji material yang terdapat dalam suatu asersi. Risiko bawaan dan risiko pengendalian berbeda dengan risiko deteksi. Risiko bawaan dan risiko pengendalian ada, terlepas dari dilakukan atau tidaknya audit atas laporan keuangan, sedangkan risiko deteksi berhubungan dengan prosedur audit dan dapat diubah oleh keputusan auditor itu sendiri.

14 Komunikasi antara Auditor Pendahulu dengan Audit Pengganti Permintaan keterangan kepada auditor pendahulu merupakan suatu prosedur yang perlu dilaksanakan, karena mungkin auditor pendahulu dapat memberikan informasi yang bermanfaat kepada auditor pengganti dalam mempertimbangkan penerimaan atau penolakan perikatan. Auditor pengganti harus meminta klien agar memberikan izin kepada auditor pendahulu untuk memperbolehkan auditor pengganti melakukan review atas kertas kerja auditor pendahulu. PRESENTATION

15 Pemahaman atas Bisnis Klien a. Penaksiran risiko dan identifikasi masalah. b. Perencanaan dan pelaksanaan audit secara efektif dan efisien. c. Evaluasi bukti audit. d. Penyediaan jasa yang lebih baik bagi klien. Pemahaman tentang bisnis dan penggunaan informasi dapat membantu auditor dalam : B A

16 Kertas Kerja Kertas kerja berfungsi untuk : 1.Menyediakan bagi penunjang utama bagi laporan auditor, termasuk representasi tentang pengamatan atas standar pekerjaan lapangan, yang tersirat ditunjukkan dalam laporan auditor dengan disebutkannya frasa ”berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia”. 2.Membantu auditor dalam pelaksanaan dan supervisi audit. PRESENTATION

17 Komunikasi dengan Manajemen Selama berlangsungnya audit, auditor melakukan pembicaraan dengan manajemen mengenai berbagai hal yang mencakup berikut ini : 01 02 03 04 05 06 Pemahaman atas bisnis klien. Rencana audit. Dampak perundangan atau standar profesional atas audit. Penjelasan, bukti, dan representasi dari manajemen atau dari tingkat yang lebih rendah dalam organisasi. Informasi yang diperlukan untuk menentukan risiko audit. Pengamatan dan saran yang dihasilkan dari audit tentang hal-hal efisiensi operasional atau administratif, strategi bisnis, dan unsur lain yang menarik perhatian. Informasi yang tidak diaudit yang diinginkan oleh manajemen untuk dipublikasikan dengan laporan keuangan auditan yang menurut pertimbangan auditor tidak konsisten atau tampak menyesatkan pembaca. 05 06 07

18 04. Tujuan Pemeriksaan (Audit Objective) Persediaan

19 1. Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas persediaan, Jika akuntan publik dapat meyakinkan dirinya bahwa internal control atas perolehan, penyimpanan dan pengeluaran persediaan berjalan efektif, maka luasnya pemeriksaan dalam melakukan substantive test atas persediaan dapat dipersempit. Beberapa ciri internal control yang baik atas persediaan adalah: Adanya segregation of duties (pemisahan tugas dan tanggung jawab) antara bagial pembelian, penerimaan barang, gudang, akuntansi dan keuangan. Untuk pembelian dalam jumlah besar dilakukan melalui tender. Adanya sistem otorisasi, baik untuk pembelian, penjualan, penerimaan kas/bank, maupun pengeluaran kas/bank Digunakannya anggaran {budget) untuk pembelian, produksi, penjualan, dan penerimaan serta pengeluaran kas. Pemesanan barang dilakukan dengan memperhitungkan economic order quantity dan iron stock.

20 2.Untuk memeriksa apakah persediaan yang tercantum di neraca betul-betul ada dan dimiliki oleh perusahaan pada tanggal neraca. Get a modern PowerPoint Presentation that is beautifully designed. Dahulu kala di Amerika pernah terjadi “Robinson Case”, yaitu adanya perusahaan yang melaporkan saldo persediaannya sangat besar, padahal sebenarnya jumlah tersebut banyak yang fiktif. Sejak kasus itu akuntan publik diharuskan untuk melakukan pengamatan terhadap persediaan perusahaan per tanggal neraca, untuk meyakinkan keberadaan persediaan tersebut. Dalam hal ini saldo persediaan termasuk barang dalam perjalanan dan barang konsinyasi (hanya consignment out).

21 3. Untuk memeriksa apakah metode penilaian persediaan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan Pada umumnya persediaan dinilai berdasarkan harga perolehan (acquisition cost), dalam hal ini bisa dipilih metode FIFO (first in first out), LIFO (last in first out) atau AVERAGE COST (moving average atau weighted average). Untuk barang-barang yang harga jualnya sudah pasti (logam mulia) atau cepat rusak (hasil pertanian seperti sayuran dan buah-buahan) bisa di nilai berdasarkan harga jual. Untuk barang-barang yang usang, rusak atau bergerak lambat bisa diadakan penyisihan (allowance) sehingga sesuai dengan metode lower of cost or market (mana yang lebih rendah antara harga perolehan dan harga pasar). Dalam keadaan inflasi, penggunaan FIFO akan mengakibatkan harga pokok penjualan rendah dan laba kotor menjadi tinggi; penggunaan LIFO akan menghasilkan laba kotor yang rendah; penggunaan AVERAGE COST akan menghasilkan laba kotor yang lebih kecil dibandingkan FIFO tetapi lebih besar dari penggunaan LIFO.

22 Ada dua sistem pencatatan persediaan yang biasa digunakan, yaitu perpetual system dan physical (periodical) system. Dalam perpetual system, setiap ada pembelian, perkiraan persediaan akan didebit, setiap ada penjualan, perkiraan persediaan akan dikredit. Jika digunakan physical system, perkiraan persediaan tidak pernah didebit waktu pembelian dan tidak pernah dikredit waktu ada penjualan. Karena itu jika perusahaan ingin mengetahui berapa saldo persediaan pada akhir periode, harus dilakukan stock opname (perhitungan phisik persediaan). Perbedaan pencatatan antara perpetual dan physical inventory system: Perpetual system biasanya digunakan pada perusahaan yang jenis persediaamya tidak banyak tetapi nilai persediaan per unitnya besar, misalnya dealer mobil dan toko emas. Phisycal system biasanya digunakan pada perusahaan yang jenis persediaan-nya banyak tetapi nilai persediaan per unitnya kecil, misalnya toko bahan bangunan, 4. Untuk memeriksa apakah sistem pencatatan persediaan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

23 5. Untuk mengetahui apakah terhadap barang-barang yang rusak, bergerak lambat dan ketinggalan mode sudah dibuatkan allowanc e yang cukup. Get a modern PowerPoint Presentation that is beautifully designed. Barang-barang tersebut di atas tidak mungkin lagi dijual dengan harga normal, supaya bisa terjual harus dijual dengan harga obral yang umumnya lebih rendah dari harga pro perolehannya. Karena itu harus dibuatkan allowance dalam jumlah yang cukup, dalam arti tidak terlalu kecil (karena akan mengakibatkan laba terlalu besar) dan tidak terlalu besar (akan mengakibatkan laba terlalu kecil).

24 Salah satu bentuk barang jaminan dari kredit yang diperoleh dari bank adalah persediaan, Jika ada persediaan yang dijadikan jaminan, hal ini harus diungkapkan (di cfi’scfose) dalam catatan atas laporan keuangan (notes to financial statements}. 6. Untuk mengetahui apakah ada persediaan yang dijadikan jaminan kredit. 7. Untuk mengetahui apakah persediaan diasuransikan dengan nilai pertanggungan {insurance coverage) yang cukup. Persediaan harus diasuransikan, sehingga seandainya terjadi kebakaran, bisa diperoleh ganti rugi dari perusahaan asuransi dan perusahaan bisa terhindar dari kerugian karena kebakaran tersebut. Nilai pertanggungan asuransi harus cukup, dalam arti tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Yang harus diwaspadai adalah, jika perusahaan mengasuransikan persediaan dengan insurance coverage yang terlalu besar, terutama dalam keadaan bisnis yang lesu, mungkin perusahaan bermaksud membakar persediaannya agar mendapat keuntungan dari ganti rugi perusahaan asuransi.

25 8. Untuk mengetahui apakah ada perjanjian pembelian/penjualan persediaan yang mempunyai pengaruh yang besar terhadap laporan keuangan. Jika hal tersebut ditemukan, harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. Misalnya: pada tanggal 24 November 2002, perusahaan menandatangani kontrak penjualan dengan salah satu pelanggannya untuk menjual 10.000 unit barang X dengan harga jual Rp.100.000,- per unit, penyerahan barang akan dilakukan pada tanggal 13 Februari 2003. Ternyata di bulan Februari 2003 harga pasar barang X tersebut meningkat menjadi Rp.130.000,- per unit. Karena sudah ada sales commitment, maka perusahaan mau tidak mau harus tetap menjual barang tersebut ke pelanggannya sebanyak 10.000 unit dengan harga sesuai kontrak, yaitu Rp.100.000,- per unit. Dalam hal ini perusahaan rugi sebesar 10.000 X (Rp.130.000, — 100.000,-) = Rp.300.000.000,-.

26 9. Untuk memeriksa apakah penyajian persediaan dalam laporan keuangan sudah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia/SAK. Dalam hal ini harus diketahui sistem pencatatan persediaan yang digunakan perusahaan {perpetual atau physical system} dan metode penilaian persediaan yang digunakan perusahaan (apakah berdasarkan harga perolehan, dengan FIFO atau LIFO atau Average cost method}, apakah sudah diterapkan lower of cost or market atas persediaan tersebut

27 05. Prosedur Pemeriksaan (Yang Disarankan) Persediaan

28 1. Pelajari dan evaluasi internal control atas sediaan. a.Dalam hal ini auditor biasanya menggunakan internal control quesionnaires. b.Lakukan tes transaksi (compliance test) atas pembelian dengan menggunakan purchase order sebagai sampel. Untuk tes transaksi atas pemakaian sediaan (bahan baku) bisa digunakan material requisition sebagai sampel. Untuk tes transaksi atas penjualan, bisa digunakan faktur penjualan sebagai sampel. 2. Tarik kesimpulan mengenai internal contol atas sediaan. Jika dari tes transaksi auditor tidak menemukan kesalahan yang berarti, maka auditor bisa menyimpulkan bahwa internal control atas sediaan berjalan efektif. Karena itu substantive test atas sediaan bisa dipersempit. Prosedur pemeriksaan untuk compliance test

29 1. Lakukan observasi atas stock opname (perhitungan fisik) yang d ilakukan perusahaan (klien). Get a modern PowerPoint Presentation that is beautifully designed. Stock opname dilakukan terutama untuk persediaan yang berada di gudang perusahaan. Untuk perusahaan yang internal controlnya lemah, stock opname sebaiknya dilakukan pada tanggal neraca. Untuk perusahaan yang internal controlnya baik, stock opname bisa dilakukan beberapa waktu sebelum atau setelah tanggal neraca. Namun sebaiknya tidak terlalu jauh dari tanggal neraca, untuk memudahkan auditor pada waktu melakukan trace backward/trace foward (rekonsiliasi saldo sediaan per tanggal stock opname dengan per tanggal neraca).

30 2. Minta Final Inventory List (Inventory compilation) dan lakukan prosedur pemeriksaan berikut ini: check mathematical accuracy (penjumlahan dan perkalian), cocokkan “quantity per book” dengan stock card, cocokkan “quantity per count” dengan count sheet kita (auditor), dan cocokkan “total value” dengan buku besar persediaan. 3. Kirimkan konfirmasi untuk sediaan consignment out (persediaan perusahaan yang dititip jual ke perusahaan lain).

31 4. Periksa unit price dari bahan baku, barang dalam proses, barang jadi dan bahan pembantu. pelajari cost accounting procedures seperti di atas daan periksa apakah perusahaan menggunakan standard cost, sehingga harus diperiksa perhitungan variancenya. periksa faktur pembelian terakhir dan perhatikan apakah perusahaan menggunakan FIFO, LIFO atau Average cost. Periksa unit price dari raw material, work in process, finished goods dan supplies. Untuk raw materials dan supplies:Untuk work in process: Untuk finished goods: periksa faktur pembelian terakhir dan perhatikan apakah perusahaan menggunakan FIFO, LIFO atau Average cost.

32 5. Lakukan rekonsiliasi jika stock opname dilakukan beberapa waktu sebelum atau sesudah tanggal neraca. 6. Periksa cukup tidaknya allowance for slow moving (barang-barang yang bergerak lambat), barang-barang yang rusak dan barang-barang yang ketinggalan mode. Untuk itu auditor harus memeriksa bagaimana kebijakan dan cara perusahaan menentukan allowance, apakah konsisten atau tidak dengan periode sebelumnya. Auditor harus memeriksa stock card untuk mengetahui sudah berapa lama persediaan itu tidak mengalami pengurangan (tidak dipakai atau tidak terjual). Selain itu pada waktut stock opname biasanya barang-barang yang rusak sudah dipisahkan dan dibuatkan daftarnya, yang bergerak lambat atau ketinggalan mode sudah berdiam karena lama tidak disentuh. 7. Periksa kejadian sesudah tanggal neraca (subsequent event). 8. Periksa cut-off penjualan dan cut-off pembelian.

33 10. Periksa apakah ada sales atau purchase commitment per tanggal neraca. 12. Buat kesimpulan dari hasil pemeriksaan sediaan dan buat usulan adjustment jika diperlukan. 9. Periksa jawaban konfirmasi dari bank, perjanjian kredit (loan agreement), notulen rapat. 11. Seandainya ada barang dalam perjalanan (goods in transit), lakukan prosedur berikut ini: minta rincian goods in transit per tanggal neraca, periksa mathematical accuracy, periksa subsequency clearance.

34 13. Periksa apakah penyajian persediaan di laporan keuangan sudah sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum di Indonesia/SAK/ETAP/IFRS. a.Periksa klasifikasi sediaan di neraca. Auditor harus memeriksa apakah klien telah melakukan klasifikasi sediaan di neracanya sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum. b.Periksa pengungkapan yang bersangkutan dengan sediaan. c.Lakukan analytical review sediaan. Review analitik merupakan review secara menyeluruh mengenai kewajaran sediaan yang disajikan dalam neraca.


Download ppt "Audit Persediaan Kelompok 4 Tonny Risman Wijaya Aritonang Radian Syahputra Hasibuan Nadillah Lusiana Fransiska Simatupang."

Similar presentations


Ads by Google